Perbedaan Antara Musik Feast dan Lomba Sihir
6 mins read

Perbedaan Antara Musik Feast dan Lomba Sihir

Perbedaan Antara Musik Feast dan Lomba Sihir –  Nama Daniel Baskara Putra semakin terkenal di dunia musik setelah ia tampil di bawah bendera Hindia. Pria berumur 28 tahun ini kini kembali memperkenalkan dua band yang ia gawangi, yaitu Feast dan Lomba Sihir. Dengan keterlibatannya dalam kedua band ini, bagaimana Baskara menyeimbangkan perannya sebagai musisi solo di Hindia, sekaligus menjadi bagian dari Feast dan Lomba Sihir? Mari kita telaah lebih lanjut.

Perbedaan Antara Musik Feast dan Lomba Sihir

Perbedaan Antara Musik Feast dan Lomba Sihir

 

Feast: Band dengan Suara Sosial dan Politik

theaddamsfamilymusicalstore – Feast didirikan pada tahun 2013 oleh sekelompok mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia yang bertekad untuk berkarya dalam musik. Para anggotanya, termasuk Baskara Putra sebagai vokalis, Adnan Satyanugraha, Dicky Renanda, Fadli Fikriawan, dan Adrianus Aristo Haryo—yang akrab disapa Bodat—memiliki komitmen yang kuat untuk menyuarakan isu-isu sosial dan politik melalui karya-karya mereka. Lagu pertama mereka, “Camkan,” dirilis pada tahun 2014 dan menjadi kritik tajam mengenai kebebasan beragama di Indonesia, menciptakan dampak yang signifikan di kalangan pendengar.

Album perdana mereka, *Multiverses*, diluncurkan pada tahun 2017, menandai langkah awal dalam industri musik yang semakin kompetitif. Dalam album ini, Feast menjelajahi berbagai genre tanpa batasan, menawarkan sesuatu yang segar di tengah dominasi musik pop dan EDM. Lagu-lagu seperti “Peradaban” menjadi anthem penting bagi gerakan demonstrasi dan sosial di Indonesia, menunjukkan betapa besar pengaruh musik mereka dalam konteks sosial.

Dengan setiap rilisan, dari *Abdi Lara Insani* hingga album terbaru, Feast tidak hanya menunjukkan kemampuannya untuk beradaptasi, tetapi juga terus meningkatkan kualitas produksi musiknya. Lagu-lagu seperti “Berita Kehilangan” dan “Politrik” menjadi bagian tak terpisahkan dari narasi kritik sosial yang mereka usung.

Keberhasilan Feast terletak pada konsistensinya dalam mengangkat isu-isu sosial ke dalam lirik lagu mereka. Setiap karya tidak sekadar hiburan, melainkan juga merupakan sarana untuk menyuarakan ketidakpuasan dan memberikan kritik terhadap kondisi sosial-politik saat ini. Hal ini menjalin hubungan yang kuat dengan pendengar yang merasakan resonansi dari pesan-pesan yang diusung. Lirik-lirik mereka mencerminkan kepedulian yang mendalam dan mendorong pendengar untuk berpikir kritis serta berpartisipasi dalam masalah sosial.

Musik Feast mengusung genre rock dengan produksi yang mengesankan. Meskipun terinspirasi oleh berbagai aliran, mereka berhasil menciptakan suara yang khas—kombinasi antara kekuatan gitar, bass, dan drum yang agresif, sering kali diimbangi dengan melodi yang mudah diingat. Pendekatan mereka dalam memadukan lirik kritis dengan aransemen musik yang menarik menciptakan produk akhir yang sangat memikat dan menyentuh.

 

Baca juga : Dampak Positif Teknologi Jika Digunakan dengan Bijak 

 

Lomba Sihir: Musik dengan Kisah Emosional dan Personal

Lomba Sihir, di sisi lain, merupakan band yang dibentuk oleh Baskara Putra bersama beberapa teman. Terdiri dari Natasha Udu, Rayhan Noor, Enrico Octaviano, dan Tristan Juliano, Lomba Sihir hadir sebagai nafas baru dalam industri musik Indonesia. Meskipun masih tergolong baru, band ini telah berhasil menarik perhatian publik dengan karya-karya inovatif dan gaya yang unik.
Genre yang beragam, mulai dari alternatif hingga pop, memberikan keleluasaan bagi Lomba Sihir untuk mengekspresikan diri. Tema yang diangkat seputar hubungan cinta dan realitas kehidupan perkotaan membuat karya mereka mudah dipahami oleh pendengar. Lagu-lagu seperti “Hati dan Paru-paru” menyuarakan pengalaman pribadi yang dapat mengena di hati banyak orang, sehingga menjadikan karya mereka dapat diakses dengan baik oleh khalayak luas.

Lomba Sihir telah berhasil membangun komunitas yang solid di antara para penggemarnya, yang dikenal dengan nama Peserta Lomba Sihir. Hubungan ini terjalin melalui interaksi aktif di media sosial maupun dalam pertunjukan langsung. Para anggota band seringkali melibatkan penggemar dalam setiap proyek yang mereka luncurkan, menciptakan rasa kepemilikan dan keterlibatan yang kuat.

Keterlibatan Hindia dalam Dua Proyek

Baskara Putra, yang lebih dikenal dengan nama panggung Hindia, berperan penting dalam kedua band tersebut. Ia tidak hanya sebagai vokalis, tetapi juga penulis lagu yang menyampaikan pesan-pesan mendalam dalam setiap karyanya. Melalui Feast, ia menyalurkan suara perlawanan terhadap berbagai isu sosial, sementara dalam Lomba Sihir, ia mengeksplorasi tema yang lebih pribadi dan emosional.

Meski terlibat dalam dua proyek secara bersamaan, Hindia berhasil mengatur waktu dan tetap profesional. Ia menjelaskan bahwa bekerja di bawah manajemen yang sama memudahkan penyusunan jadwal dan mengurangi stres yang mungkin muncul.

Keterlibatan Hindia dalam kedua band ini juga berdampak positif pada karier solonya di bawah nama Hindia. Kehadirannya di Feast dan Lomba Sihir memungkinkannya menjangkau audiens yang lebih luas dan membangun reputasi sebagai musisi yang kritis dan autentik.

 

Baca juga : Deretan Studio Musik Terkenal dan Legendaris di Dunia 

 

Feast Menjadi Lembut dan Penuh Kasih dalam Single Terbarunya, “Nina”

Selama ini, Feast dikenal dengan lagu-lagu rock yang penuh semangat dan bertema sosiopolitik. Namun, dalam single terbaru mereka, band ini mencoba sesuatu yang berbeda.

Single yang diproduseri oleh Vega Antares ini mengangkat tema perubahan besar dalam hidup mereka. Berjudul “Nina,” yang diambil dari nama putri gitaris Adnan Satyanugraha, lagu ini hadir dengan iringan musik yang lembut, menggambarkan kasih sayang orang tua terhadap anaknya.

“Nina” merupakan single ketiga dari album ketiga Feast, “Membangun dan Menghancurkan,” yang sudah lama ditunggu dan rencananya akan dirilis pada Agustus 2024. Lagu ini dirilis oleh Sun Eater ke platform musik digital pada 5 Juli 2024.

Tema album “Membangun dan Menghancurkan” yang membahas perubahan hidup para anggota band—termasuk vokalis Baskara Putra, gitaris Dicky Renanda, dan bassist Fadli Fikriawan—memicu kebutuhan untuk menciptakan lagu yang terinspirasi oleh akrobat kehidupan mereka sebagai suami dan orang tua.

Dengan musik yang lebih lembut, “Nina” terasa cocok dengan karya-karya Feast yang paling dikenal, termasuk dua single terbaru “Konsekuens” dan “Politrik. ” Lirik yang ditulis oleh Baskara dan Adnan untuk “Nina” menyampaikan pesan dari sudut pandang orang tua yang berusaha memberikan yang terbaik di tengah berbagai rintangan hidup.

“Maaf atas perjalanan yang tak sempurna/Namun percayalah untukmu kujual dunia,” tulis mereka.

Meskipun begitu, Feast tetap menyisipkan benang merah kepahitan dalam lirik sentimental seperti pada “Nina,” dengan penekanan bahwa, “Saat dewasa kau kan mengerti, karena kelak kau kan tersakiti. ”
Untuk memberikan nuansa baru pada lagu “Nina”,. Feast menggandeng Vega Antares, vokalis-gitaris dari band indie rock asal Surabaya, Vox, yang juga merupakan kolaborator andalan Ahmad Dhani di berbagai proyek. Keahlian luar biasa Vega sebagai produser Bilal Indrajaya meyakinkan. Feast bahwa ia adalah sosok yang tepat untuk menangkap esensi dan emosi yang terkandung dalam lagu “Nina”.